Sunday, 25 November 2012

resensi novel musim gugur terakhir di manhattan





“MUSIM GUGUR TERAKHIR DI MANHATTAN”


A.     IDENTITAS BUKU

Judul novel                       :  Musim Gugur Terakhir di Manhattan
Jenis novel                        :  Fiksi
Pengarang                         :  Julie Nava
Penerbit                            :  PT Lingkar Pena
Tahun Terbit                     :  Mei 2011
Halaman                           :  330 halaman
Panjang dan lebar novel     :  20,5 cm, 12,8 cm
Harga novel                      :  Rp 49.500,-

B.     PENDAHULUAN
a.   Isi Novel
Novel “Musim Gugur Terakhir di Manhattan” adalah salah satu novel yang mengangkat kisah cinta yang berawal dari perkenalan singkat antara Rosie dan Anthony Luizzo pria berdarah Itali. Kedua insan tersebut berencana akan menikah secepatnya. Namun rencana pernikahannya kandas di tengah jalan karena adanya berrbagai macam kendala dari keluarga besar Tony. Akhirnya merekapun berpisah di saat diam-diam perasaan cinta tumbuh dan berrsemi di hati masing-masing. Tonypun berharap agar suatu saat cinta mereka dapat bersatu kembali. Namun kenyataan tak sejalan dengan harapan Tony. Rosie yang ia harapkan bisa menjadi pendamping hidupnya malah menjadi istri Marco, adik kandungnya sendiri yang tertarik pada Rosie waktu pertama kali Rosie dan Anthony datang ke rumahnya. Walau demikian Tony dapat menerima kenyataan pahit tersebut meskipun rasa sakit hati, kecewa dan penyesalan yang begitu dalam menghinggapi dirinya terutama saat Tony memandang wajah Rosie. Tony berusaha ikhlas menerima kenyataan bahwa Rosie, wanita yang ia cintai bahagia dengan Marco, adiknya sendiri. Dan Tony juga harus berusaha mencintai Aurora, istri yang telah mengandung anaknya.

b.   Tujuan Pengarang
§  Menuliskan imajinasi yang ada dipikiran pengarang dan mengembangkan cerita itu ke dalam sebuah paragraf (sebuah buku).
§  Memberikan efek emosional, membuat seseorang terhibur.

c.    Tujuan Pembuatan Resensi
§  Menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.
§  Menambah wawasan dalam membuat resensi.

d.   Manfaat
Novel ini bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya para remaja dan dewasa. Selain itu, memberikan banyak pesan moral dan religius serta memberikan hiburan.

e.   Sasaran
Novel “Musim Gugur Terakhir di Manhattan” adalah sebuah novel yang pantas dibaca oleh gadis-gadis dan wanita muslim saat ini. Novel juga ini ditujukan untuk masyarakat luas mulai dari pelajar hingga masyarakat umum.

f.     Sistematika Novel
Buku ini terdiri dari 330 halaman
Halaman awal terdiri dari cover, kata pengantar, dan daftar isi.
Bagian isi novel terdapat pada bab1-14.
Di bab terakhir tentang glosarium dan tentang penulis.



g.   Dari Segi Kebahasaan dan Ejaan
Dilihat dari segi bahasa, sebenarnya pengarang novel ini belum seluruhnya menggunakan Bahasa Indonesia. Masih banyak kata ejaan atau bahasa asing dan daerah.


C.     PEMBAHASAN

1.     Sinopsis

MUSIM GUGUR TERAKHIR DI MANHATTAN
Rosie adalah wanita muslimah yang berusia dua puluh sembilan tahun. Ia pernah mengalami peristiwa yang paling memalukan, sembilan tahun yang lalu. Wanita yang selalu memakai jilbab ini pernah gagal menikah bersama mantan kekasihnya, Hans. Itulah yang menyebabkan dirinya tidak ingin berhubungan serius dengan laki-laki. Dan untuk menghindari  gunjingan para tetangganya, akhirnya Rosie pergi ke Manhattan, New York. Di Manhattan, Rosie bekerja di suatu perusahaan Investasi di Wall Street sebagai Financial Planner.
Karena desakan usia dan tuntutan keluarga membuat Rosie menerima pinangan Anthony Luizzo, pria Amerika berdarah Italia yang baru dikenalnya dari seorang imam masjid. Rosie dan Tony memutuskan untuk segera menikah. Setelah lamaran tersebut, Tony mengajak Rosie untuk bertemu dengan keluarganya di Chicago, Italia.
Disana Tony memperkenalkan keluarganya kepada Rosie, mulai dari ibunya yang bernama Maria, adik laki-lakinya Marco, dan adik bungsunya Sophie. Awalnya, Rosie diterima dengan baik oleh keluarga Tony, sampai akhirnya Tony mengumumkan rencana pernikahannya dengan Rosie. Sophie dan Marco sangat tidak setuju dengan rencana tersebut. Maria pun kecewa dengan Tony karena yang dia inginkan anak sulungnya itu menikah dengan gadis berdarah Italia.
Sejak berada di Chicago, Rosie dan Tony sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahannya itu. Karena tidak menemukan gaun yang pas untuk Rosie akhirnya Maria meminjamkan Rosie gaun yang ia pakai ketika menikah dengan Frank, mantan suaminya.
Sebelum pernikahan dilaksanakan, Maria mengadakan acara perkenalan keluarga besar  Luizzo. Semua keluarga Luizzo datang. Pak Muhdi, teman ayah Rosie pun ikut datang. Di acara tersebut Tony kembali melamar Rosie. Sejak itu Rosie mulai menyukai Tony.
Di tengah persiapan pernikahan, kendala demi kendala mulai muncul. Mulai dari perbedaan pendapat antara Rosie dan Tony, Marco yang sering menggoda Rosie, perbedaan keyakinan Rosie dan keluarga Tony dan puncaknya ketika Tony menerima permintaan Jessie sepupunya untuk menjadi ayah baptis anaknya yang baru lahir. Dari situlah Rosie merasa kecewa.
Lalu ketika Rosie melihat halaman belakang rumah Tony, ternyata  sudah tersusun rapi deretan kursi dan bentangan kain yang membentuk lengkungan cantik yang berhias bunga-bunga dan semuanya berwarna putih. Warna yang sangat dibenci Rosie karena mengingatkannya dengan peristiwa pahit kegagalan pernikahannya dengan Hans. Kekecewaan Rosie semakin mendalam, sehingga membuatnya meninggalkan rumah Tony dan memutuskan untuk membatalkan pernikahannya. Tony sakit hati dengan keputusan Rosie, kepergian Rosie membuatnya sadar bahwa ia telah mencintai Rosie. Namun, karena undangan telah disebar dan tidak ingin membuat keluarganya  menanggung malu, akhirnya Tony memutuskan untuk menikah dengan Aurora, teman gereja di masa  kecilnya.
Dua minggu setelah kejadian itu Rosie kembali ke apartementnya. Tiba-tiba Marco datang dengan membawa berita kalau Tony telah menikah dengan Aurora. Rosie terkejut mendengarnya. Ia merasa terpukul dan akhirnya pindah ke Boston, Singapura untuk melanjutkan kuliahnya. Marco menyusul Rosie ke Boston berkat bantuan Silvi, teman Rosie. Di suatu kedai eskrim, Marco bertemu dengan Rosie. Ia memberitahukan bahwa Tony ingin menceraikan Aurora karena Tony telah memergoki Aurora berselingkuh dengan pria lain dan Tony berpikir bahwa anak yang ada dikandungan Aurora bukan darah dagingnya. Rosie merasa gembira, karena ia masih mengharapkan Tony. Dari situlah mereka berhubungan kembali dengan sering bertemu. Marco membantu mereka dengan sering menjemput Rosie menemui Tony. Disitulah Rosie mulai merasa nyaman di dekat Marco.
Tony yang mengetahui bahwa anak yang dikandung Aurora adalah darah dagingnya, akhirnya memutuskan untuk membatalkan rencana perceraiannya dengan Aurora. Ia memanfaatkan keadaan Marco yang sedang dekat dengan Rosie untuk mempermudah memutuskan hubungannya dengan Rosie.
Suatu hari, Tony mengabarkan bahwa ia ingin ke apartement Rosie untuk melamarnya. Marco yang telah mengetahui kabar itu segera meluncur ke apartemen Rosie sebelum Tony datang. Di sana Marco menyatakan cintanya kepada Rosie, Rosie bingung karena ia pun menyukai Marco namun, ia tidak ingin melewatkan kesempatannya untuk kembali dengan Tony. Sebelum Rosie menjawab Marco, tiba-tiba Tony datang dan memberitahukan bahwa ia tidak jadi menceraikan Aurora. Rosie kesal, lagi-lagi ia dikecewakan oleh Tony. Ia mengira bahwa Tony dan Marco telah bekerja sama untuk mempermainkan hatinya.
Dua minggu berlalu, ketika Rosie baru keluar dari tempat kuliahnya ternyata sudah ada Marco yang menghadangnya. Marco tak ingin menyerah untuk mendapatkan hati wanita yang ia cintai. Ia berusaha untuk membuat Rosie percaya kepadanya. Kata-kata Marco membuat hati Rosie tenang. Rosie  telah jatuh hati dengan Marco.
Marco membuktikan rasa cintanya kepada Rosie dengan langsung melamar Rosie ke orang tuanya di Indonesia tanpa sepengetahuan Rosie. Ibunya memberitahu Rosie dan menyuruhnya untuk pulang ke Indonesia. Rosie sanga terkejut ditambah lagi ternyata Marco sudah mualaf dan bisa membaca al-quran. Karena hal itu Rosie menerima lamaran Marco menjadi suaminya. Mereka mendapatkan restu dari orang tuan Rosie. Pernikahan Rosie dan Marco diadakan di Chicago saat musim gugur. Semua keluarga kedua belah pihak datang. Acaranya berlangsung dengan meriah.
Setelah acara pernikahan, Rosie dan Marco mendatangi rumah Tony di Manhattan untuk menempati undangan Tony. Disana Tony merasa hancur, ia masih mencintai Rosie. Tapi ia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya karna sekarang Rosie dan Marco telah bersama.
Di sisi lain, Marco dan Rosie sangat berbahagia. Namun, Rosie belum bisa melupakan Tony sepenuhnya, ia pun akan  belajar melupakan bayang-bayang Tony dan mencintai Marco sepenuhnya. Ia sangat senang dan bahagia kini hidupnya telah lengkap dengan kehadiran Marco. Musim gugur terakhir di Manhattan kali ini akan menjadi musim gugur terakhir baginya tanpa pendamping hidup.


2.     Kelebihan Novel
Dalam, novel ini tidak hanya menarik dari segi penceritaan saja, akan tetapi dalam novel ini banyak kita temui pesan-pesan relegius dan moral  yang begitu dalam dan penuh arti. Hal ini dapat dilihat dari karakter seorang Rosie yang begitu kuat mempertahankan keyakinannya meskipun perasaan cinta datang begitu dahsyat. Ia tetap menginginkan pasangan hidup yang seagama dengannya. Kelihaian penulis tampak dalam menyusun percakapan dan menghadirkan perdebatan-perdebatan. Yang menimbulkan kejutan-kejutan tak terduga dalam setiap alur cerita. Selain itu penulis juga mampu membuat kesan bahwa perbedaan adat, Negara dan agama bisa menyatukan dua keluarga yang berbeda, telihat saat pernikahan Marco dan Rosie, keluarga kedua belah pihak memakai kebaya.

3.     Kelemahan Novel
Kelemahan novel ini dari segi penulisannya. Terdapat beberapa bahasa Italia yang sulit dimengerti oleh pembacanya. Novel ini juga kadang membosankan karena terlalu banyak perdebatan sehingga pembacanya menjadi mudah untuk menebak jalan ceritanya.

4.     Gaya Bahasa
Dalam novel ini terdapat penggunaan bahasa asing seperti Inggris dan Italia.
Juga banyak terdapat ungkapan dan majas yang sulit dimengerti.

D.    UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

1.  Unsur Intrinsik

1.1        Tema
Percintaaan dan perjuangan dalam mempertahankan keyakinannya. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan begitu besarnya


1.2        Latar

a.  Latar tempat
1.     Chicago :
“... musim semi dan musim panas di Chicago adalah waktu dimana orang datang berkunjung atau melangsungkan pernikahan di kota ini.”

2.     Dapur rumah :
Maria segera mengenali suara tersebut dan beranjak dari dapur menuju ruang tamu.

3.     Kamar Rosie :
Rosie bergegas keluar dari kamarnya menuju lantai bawah, hendak mencari tahu sumber suara ribut yang didengarnya tadi.
Sampai dirumah, Rosie langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan salat.


4.     Halaman depan :
Di halaman depan, nampak Marco sedang berdiri di antara dua orang gadis.
Sebuah mobil Porsche Cayenne Turbo warna hitam mengkilat tampak diparkir di halaman depan.

5.     Dapur restoran :
Tampak Maria sudah berada di dapur restoran dan cateringmilik Luigi yang sangat besar dan modern.

6.     Butik :
Setelah membayar mereka berdua kemudian keluar dari butik.

7.     Garasi :
Tony kemudian memarkir mobilnya ke dalam garasi dan mereka berdua memasuki rumah.

8.     Kedai Gellato, Boston :
“Kamu melarikan diri dari kenyataan,” komentar Silvia kepada Rosie, ketika mereka bertemu di teras kedai gellato, es krim khas Italia, di Boston.

9.     Kampus :
Rosie baru saja keluar dari gedung kampus tempatnya kuliah ketika seorang menghadang jalannya. (halaman 280)

10.  Rumah Rosie :
Di rumah, ibunya langsung menyambutnya dengan tergesa-gesa.

11.  Teras Rumah Tony :
Sementara Tony memilih menunggu kedatangan Rosie dan Marco di teras depan.

12.  Muslim Community Center :
Akad nikah Marco dan Rosie berlangsung sederhana di sebuah Muslim Community Center. (halaman 302)

13.  Halaman belakang rumah keluarga Luzzio :
Halaman belakang rumah keluarga Luzzio kembali meriah. Kali ini, warna jingga, emas, dan ochre menjadi warna utama yang dipilih untuk taplak meja, kain pelapis kursi, warna bunga-bunga, dan hiasan lainnya. (halaman 304)

14.  Halaman balaikota:
Pesta berlangsung di sebuah halaman balaikota yang luas

15.  Kantor Pengacara
Mereka pergi ke sebuah kantor pengacara di bilangan West Washington Street untuk menemui Paul, pengacara yang mengurus dokumen preneuptial agreement mereka.

b.  Latar Suasana

1.     Gembira :
Mereka berteriak-teriak dan terlihat sangat gembira sambil berusaha mengejar siapapun yang menangkap bola lonjong berwarna coklat dengan garis putih itu.

2.     Mengejutkan :
“Marco kau membuatku kaget,” sungut Rosie.

3.     Meriah :
Acara keluarga yang diselenggarakan oleh keluarga Tony berlangsung meriah.

4.     Sedih :
Sebutir air jatuh dari sudut matanya.
Kalimatnya terhenti ketika dia melihat Aurora berdiri dibelakangnya dengan airmata mengalir di pipinya. “Aurora... ada apa?”

5.     Hening    :
Ruangan itu menjadi hening seketika. Tony pun segera mengusap pipi kirinya yang  sedikit panas karena tamparan Rosie.
Di dalam, Rosie terduduk di lantai bersandarkan pada daun pintu. Hatinya terasa luar biasa kosong. Simpul tali terakhir yang dia pertahankan akhirnya putus juga. Dia tidak lagi tahu apa yang harus dilakukan. Hanya kekosongan, rasa hampa, dan kesedihan yang menggigitnya. Begitu sakit, hingga tak sedikitpun air mata yang keluar. (halaman 278)


6.     Mengharukan :
Nada tulus dan bersungguh-sungguh yang keluar dari bibir Marco membuat kedua matanya berkaca-kaca. Rasa haru menyeruak dari dalam dadanya, membuat tenggorokannya terasa tercekat dan dia kehilangan kata-kata. (halaman 291)

7.     Bahagia :
Perasaan damai menyelimuti hatinya. Semua terasa lengkap dan utuh. (halaman 306)

8.     Cemas :
Dengan cemas dia berdiri dan mendekati istrinya. (halaman 307)

9.     Haru :
Maria memeluk putra sulungnya erat – erat. Air matanya tumpah membasahi kepada Tony. “Kuminta padamu, jangan pergi dari rumah ini. Mengalahlah, sekali ini saja Demi Aku.”
“selamat,” ujar Tony pelan. Hanya itu yang sanggup dikataknnya, karena kedua matanya kembali berkaca-kaca.

10.  Lengang:
Semua tamu sudah pulang. Suasana kembali lengang

11.  Cemas:
Rosie terdiam sesaat. Setitik rasa cemas terbit dihatinya

12.  Takut:
“Aku mulai meresa takut, Sil.”

13.  Tegang:
Maria tampak tegang, demikian juga Sophie
Ruangan menjadi hening. Kalimat yang diucapkan Tony terasa sangat dingin menusuk gendang telinga setiap orang. Jantung Rosie mulai berdebar keras.
Serasa setiap saat salah satu dari mereka akan melompat ke atas meja dan berkelahi.
“Tetapi kau melanggar hakku untuk ikut menentuksn keputusan!” ucap Rosie dengan napas sedik terengah akibat berjalan terlalu cepat.

14.  Mendebarkan:
Gemurah di dada Rosie semakin kencang dan telapak tangannya mulai terasa dingin.

15.  Tegang:
Maria tampak tegang, demikian juga Sophie
Ruangan menjadi hening. Kalimat yang diucapkan Tony terasa sangat dingin menusuk gendang telinga setiap orang. Jantung Rosie mulai berdebar keras. Serasa setiap saat salah satu dari mereka akan melompat ke atas meja dan berkelahiMendebarkan:
Gemurah di dada Rosie semakin kencang dan telapak tangannya mulai terasa dingin.

16.  Hening:
Ruangan seketika menjadi hening. Bahkan Paul pun menghentikan gerakan jadinya yang siap mengetikkan kalimat pengganti dalam dokumen prenup itu.

17.  Kecewa:
 Namun senyumnya seketika menghilang ketika melihat Marco mendekati Rosie dan membisikkan sesuatu.



c.  Latar waktu
1.     pagi:
“selamat pagi, kau baru bangun sepagi ini?” tanya Maria. (halaman 26)

2.     siang:
sinar matahari menerobos celah-celah dedaunan yang tumbuh rapat, membersitkan pula mozaik tak beraturan di atas permukaan rumput (halaman 159)

3.     malam:
malam belum terlalu larut sebenarnya ketika mereka sampai dirumah. (halaman 138)
malam diluar semakin sunyi. (halaman 139)

4.     musim panas:
Rosie menghirup napas dalam-dalam, menikmati udara musim panas yang hangat. (halaman 3)






1.3  Penokohan dan perwatakan

1.  Rosie Priyatna
·      Pekerja keras atau ulet : “ aku kuliah, mengambil kelas sore dan malam. Pulang kerja aku langsung ke kampus atau duduk di depan computer lagi jika yang ku ikuti kelas online, setelah itu tentu saja belajar dan belajar bekerja dan bekerja.”
·      Berpikir positif : “kenapa aku punya prasangka yang tidak perlu?”
·      Peragu : “katakana padaku bahwa sifat peragumu sedang kambuh hari ini, baru akan ku jawab pertanyaanmu.” “kurasa keputusan kita terlalu premature saat ini.”
·      Pengertian : “aku bisa mengerti. Kau sudah  seperti seorang kakak bagi Jessie Marco yang mengatakannya kepadaku.”
·      Egois : “dan kau perempuan dengan ego paling besar yang pernah ku temui, yang hidup dengan standar ganda.”
·      Teguh pendirian : “aku memilih untuk tidak menempuh jalan itu, bukan karena aku tidak mencintaimu tetapi karena aku tidak ingin terombang-ambing di antara dua jalan. I’m not a big risk-taker, remember ?”
·       Hemat : “Terlalu mahal” ulangnya, “Lagipula gaun itu kan hanya dipakai sehari. Sayang jika harus membuang uang sekian dollar hanya untuk sebuah baju.”
·      Tegas: “Kalau kau tidak segera keluar, biar aku saja yang keluar dari kamar ini”, ancam Rosie sambil mengangkat ujung gaunnya dan melangkah menuju pintu.

2.  Anthony Luizzo
·      Pemilih : beberapa tokoh baju muslim sudah mereka masuki, tetapi tidak ada satu pun yang berkenan di hati Tony. Rosie baru menyadari Tony ternyata lebih pemilih ketimbang dirinya. Dia sendiri sudah menemukan beberapa gaun yang disukainya tapi Tony tidak menyetujuinya.
·      Perhatian : “sebentar aku ambilkan aspirin dan air hangat.” “kau ingin aku menyuapimu?”
·      Obsesif : “bukan kau yang menentukan harganya, tetapi aku. Dan kau tahu, sekali aku menginginkan sesuatu, tidak akan ku biarkan apapun menghalangiku.”
·      Pembohong : “aku mencintaimu juga Aurora,” dan bibirnya kembali dengan pasih berdusta.
·      Romantis : gemuruh jantungnya semakin keras ketika dia melihat Tony perlahan berlutut dihadapannya dengan bertumpu pada sebelah kakinya. Kedua belah mata hitam pekat itu menatapnya dan kedua tangannya yang memegang kotak beludru itu terjulur kepada Rosie,” will you meried me, Rosie?”
·      Egois : “mungkin tepatnya adalah egomu. Kau pria dengan ego paling besar yang pernah ku temui.”
·      Mudah mengeluh: “Ya Tuhan, hanya mencari satu baju saja sudah begini pusingnya,” Keluh Tony sambil memijit – mijit pelipisnya
·      Pencuriga: “Ah, jangan terlalu curiga pada kami, Tony. Kami hanya ingin kenal dengan calonmu.”
·      Sinis: “Itu benar. Namun bukan berarti kau harus sesinis itu. Apalagi kepada gadis seperti Rosie.”
·      Teguh pendirian: “Tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku tetap akan menikahimu, apapun yang terjadi.”
·      Durhaka: “aku tidak membutuhkanmu, Frank. Dan sejujurnya, aku tidak merasa kau adalah papaku. Bahkan aku pun memakai nama keluarga dari Mama, bukan namamu.”“Silahkan keluar dari rumah ini, Frank. Sekarang juga.”
·      Keras kepala: “Begitu,hm? Kalau kau tidak mau dengan sukarela pergi dari sini, biar aku saja yang pergi.” Pendendam: “Tidak akan pernah cukup,” jawab Tony dingin. “Apakah kau pernah memikirkan bagaimana rasanya ditinggalkan? Pernakah kau tahu bagaimana rasanya menjadi seperti anak terbuang ketika kau memilih perempuan lain itu? Kemana dirimu ketika kami membutuhkanmu? Ketika aku ingin bermain denganmu, ketika aku sakit dan rindu padamu?”
·      Pekerja Keras :
Rosie        : “Kau sibuk sekali belakangan ini”
Tony         : “Yeah”
Rosie        : “Banyak sekali urusan yang harus kau kerjakan.
·      Terlalu percaya diri :
Tony tertawa. “ mungkin. Sayangnya mereka tidak punya kualitas seperti aku, bukan? Dan kalaupun ia, tidak mudah juga bagimu untuk membuat mau menikah denganmu. Benar begitu?”
·      Acuh tak acuh:
“Tuliskan perubahan itu persis seperti yang dia minta,” ujar Tony dengan dingin kepada Paul.
“Aku akan menandatanganinya.”

3.  Maria
·      Menyadari kesalahan: “Apapun sebabnya, aku tetap tidak bisa menghilangkan rasa bersalahku pada kalian, terutama pada Tony. Luka akibat perceraian itu ternyata masih membekas begitu kuat dalam dirinya sehingga membuatnya menempuh jalan ini.”
·      Menenangkan: “Jangan khawatir. Dia memang begitu, kalau bercanda sering kelewatan.”
·      Baik hati :“Hmm,” ujar Maria sambil tersenyum-senyum. “Ternyata ini sebabnya. Bagaimana kalau aku menawarkan bantuan untuk kalian?”


4.  Marco
·      Jahil : “masa aku tidak boleh mengagumi kecantikan calon sodara iparku sendiri”
·      Perhatian: “Boleh aku tahu apa yang sebenarnya menggangu pikiranmu hingga kau jadi sakit seperti ini?”
·      Pembela: “Ma,itu bukan kesalahanmu semata. Papa juga bertanggung jawab untuk hal ini. Mama sudah menjadi ibu yang terbaik. Kau merawat anak – anakmu sampai dewasa, berusaha memberikan yang terbaik untuk kami dan papa. Sayangnya, ada wanita kedua dalam hati papa.”
·      Ingin tahu: “yang ini apa namanya?” tanya Marco sambil mengangkat sebuah bungkusan plastik berbentuk segiempat
·      Penengah: “Tentang Jessie, kau tidak perlu khawatir. Mereka berdua memang sangat akrab sejak kecil.”

5.  Aurora
·      Iri Hati : Pertengkaran yang selalu menyambutnya di rumah,  kecemburuan Aurora yang sulit di mengertinya, dan yang paling memukul harga dirinya adalah ketika dia memergoki Aurora bersama dengan lelaki lain di rumahnya.
·      Tidak percaya diri :” itu masalahmu yang paling besar, Aurora. Kau tidak cukup percaya diri. Aku memang belum bisa melupakan dia, tetapi bukankah kau yang menjadi istriku ? kenapa kau harus merasa begitu tersaingi olehnya ?”

6.  Sophie
·           Keras kepala: “Terserah kepadamu, Tony... apapun yang hendak kau katakan tentang aku.” Suara Sophie mulai bergetar. “Aku memang tidak pernah setuju kau menikah dengan perempuan itu.”

7.  Frank (ayah Tony)
·         Keras kepala : “Aku tidak akan pergi dari rumah ini” ujar Frank. Setelah ruangan jadi hening beberapa saat “aku akan tetap tinggal disini dan membantumu untuk urusan pernikahan mendampingimu saat prosesi nanti dan selanjutnya akan tetap tinggal disini.Aku tak akan menyerah sekalipun kau membenciku setengah mati.”
·         Perhatian : “Kau makanlah dulu Ros.Kelihatannya pagi ini kau sedikit sakit.”
·         Percaya diri : “Sangat jelas dia bukan jenis orang yang mudah untuk diintimidasi, punya rasa percaya diri tinggi dan pandai menguasai suasana.”
·         Mengakui kesalahan : “Tony... aku sudah mengakui itu sebagai kesalahanku, dan aku sudah berusaha untuk memperbaikinya.”
·         Penyayang : “Bagaimanapun aku masih tetap ayahmu. Dan kau adalah anakku. Itu ikatan yang tidak pernah bisa diingkari.”
·         Penengah : “Itulah anak muda,” komentar Frank. “Kita dulu juga seceroboh mereka.”


8.  Luigi de Castillo (Chef)
·      Ramah: “Ah-ha, ini dia calon pengantin yang ditunggu sudah tiba,” sambut Luigi dengan ramah.

9.  Gessica (Jessie)
·      Mudah akrab :“Namaku Gessica, tapi panggil saja aku Jessie. Aku sepupu mereka.”

10.  Pak Muhdi
·      Menepati Janji :“Tentu Saja aku akan menepati janjiku.” Pak Muhdi tertawa.

11.  Ibu Rosie
·      Cakap dan terampil : “Oh ya? Wow, ibumu benar-benar luar biasa. Sangat cakap dan terampil.”
·      Penyayang : Ibunya memeluk Rosie demikian juga ayahnya yang memeluk Marco. “Restu ayah dan ibu untukmu Nak, Juga untuk Marco.“  bisik ibunya.
·      Cekatan : ibu Rosie dengan luwes dan cekatan mendandani keluarga besannya.

12.  Ayah  Rosie
·      Penyayang : Ibunya memeluk Rosie demikian juga ayahnya yang memeluk Marco. “Restu ayah dan ibu untukmu Nak, Juga untuk Marco.“  bisik ibunya.


13.  Paul (Pengacara Keluarga Luizzo)
·      Ramah : “Kemana saja kau, Tony?” ujar Paul sambil tertawa.”Sudah ku tunggu hampir dua minggu, baru hari ini kau muncul.”
·      Baik hati : “Baiklah kalau begitu. Kalau nanti salah satu dari kalian berubah pikiran, segera telepon aku. Oke?.”


1.4  Alur
Novel ini menggunakan alur maju. Kilas balik yang ada tidak memengaruhi jalan cerita.  Berdasarkan akhir ceritanya novel ini menggunakan alur ledakan (cerita berakhir mengejutkan). Bila dilihat dari sifatnya novel ini beralur tertutup yaitu tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita.

1.5 Sudut Pandang
  Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudung pandang orang ketiga yaitu penulis tidak masuk dalam cerita, melainkan hanya menceritakan.

1.6 Amanat
 Kita harus teguh pendirian

2. Unsur Ekstrinsik
2.1 Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang wanita dewasa dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan cintanya. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok wanita dewasa  yang mempunyai sifat teguh pendirian atas keyakinannya.
2.2 Nilai Budaya
Dalam novel ini  lebih menceritakan tentang budaya luar yaitu budaya Italia. Terlihat pada adat dalam keluarga

2.3 Nilai Agama
                Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar.